Minggu, 20 Agustus 2017

Catatan Pendaki #3 Gunung Andong

Solo, Juli 2016, Pagi, kami berempat (Saya, Erwin, Ayas, dan Intan) memutuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Andong, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ya meskipun gunung ini tingginya hanya 1726 MDPL tapi cukup memuaskan bagi saya. Alasan kami memilih gunung ini untuk di daki karena teman cewek kami yang satu ini berbadan kurus  (anonimnya) dan pertama kali baginya untuk mendaki. Sekitar pukul 3 sore kami berangkat menuju ke gunung ini. Dari solo kami menuju ke arah boyolali kemudian salatiga dan ambil ke arah magelang. Kami harus berjuang dahulu dengan melawan bus arah semarang. Ketika perjalanan kami juga melewati objek wisata Kopeng. Akses ke gunung ini juga cukup mudah. Sekitar 3 ,5 jam perjalanan kami sampai di pos pendakian ke gunung andong. Kami lihat di pos tidak ada pengunjung (Iyalah ngapain nungguin pos), tapi beberapa saat setelah kami istirahat barulah ada banyak pendaki yang akan mendaki Gunung Andong. Ada satu pasang yang dari Solo akan mendaki bersama kami setelah sebelumnya melakukan perbincangan. Setelah jam 7 malam kami pun mulai pendakian. Kenapa mendaki pada malam hari? Karena kami akan melihat lampu-lampu di bawah dan ingin melihat sunrise juga.

Pada awal perjalanan kami melewati kampung sekitar dan ladang penduduk, barulah setelah melewati gapura jalan akan menanjak. Saat pendakian mulai menanjak itu dapat kita jumpai banyak pohon pinus yang tumbuh di sekitarnya. Kontur tanah yang kita pijak untuk menuju ke pos satu masih terbilang aman. Kalian tak perlu khawatir jika hendak beristirahat, pasalnya pada setiap tikungan banyak tempat duduk kayu yang disediakan. Pos satu Gunung Andong ini ditandai dengan tempat peristirahatan yang cukup nyaman karena berupa gubuk-gubuk. Kami menyempatkan beristirahat di pos ini untuk menghela napas. Tak berapa lama kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke pos dua. Jarak pos satu ke pos dua hanya 20 menit.

Sesampainya kami di pos dua kami dapat melihat jejeran pohon pinus yang berjejer rapi. Masih sama seperti di pos satu, pada pos dua ini juga terdapat tempat duduk seperti untuk kita dapat beristirahat sejenak. Tanpa berlama-lama kami pun segera melanjutkan pendakian kami ke Puncak Jiwa. Saya rasa perjalanan ke Puncak Jiwa ini sangat menakjubkan dengan trek yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada perjalanan tersebut kami bertemu satu keluarga yang akan turun ke basecamp setelah sampai di puncak. Saya cukup takjub dengan perjuangan anaknya karena baru berumur sepuluh tahun sudah sering mendaki gunung. Dalam perjalanan ini juga kita akan melewati tepian punggung gunung dengan jalan setapak dan di samping kirinya adalah jurang. Namun ada yang terlihat memukau yakni kita dapat melihat pemandangan pemukiman penduduk di situ secara langsung dari ketinggian. Kita juga dapat menemukan sumber mata air yang sangat menyegarkan. Tidak lupa saya sempatkan untuk mengisi botol kemasan air minum kami yang telah habis tadi. Setelah beberapa saat kami mendaki terlihatlah sebuah bangunan seperti joglo namun itu adalah makam. Mungkin itu makam bisa menjadi makan tertinggi. Namun kalian tak perlu khawatir karena kalian tak perlu melewati makam itu. Jalurnya adalah ke kiri untuk ke makam dan ke kanan untuk ke puncak andong. Kita akan melihat sebuah warung dari jalur pendakian. Tak usah heran, karena di atas puncak jiwa ini memang ada warung. Jadi, kalau kalian tidak bawa perbekalan yang cukup kalian bisa jajan di warung tersebut. Setelah sampai di Puncak Jiwa kami mencari tempat yang strategis untuk mendirikan tenda tapi karena tempat tersebut kurang asyik yaaaa kami memutuskan untuk naik lagi di Puncak Andong. Jarak dari Puncak Jiwa ke Puncak Andong hanya  menit saja kok. Udara dingin sudah sangat terasa di Puncak Andong. Ternyata sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda di atas Puncak Andong ini. Kami pun mencari tempat strategis dan segera mendirikan tenda. Tetangga tenda kami bahkan ada yang sedang membakan dua ekor ayam. Pemandangan dari Puncak Andong tersebut sangat indah, kami bisa melihat kota Salatiga dan Magelang secara langsung dari ketinggian. Beruntungnya kami, cuaca saat itu sedang cerah. Kami akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malam dengan berbincang-bincang dengan tetangga tenda.

Keesokan paginya, sebelum sang surya menampakkan dirinya, kami antusia untuk melihat sunrise yang katanya terlihat indah dari atas Gunung Andong.  Kami, para pendaki, menunggu detik-detik datangnya sang surya. Kami dapat melihat dari depan kami terlihat Gunung Merbabu dan terlihat mengintip Gunung Merapi. Terlihat juga Gunung Lawu di arah timur dan dari situlah sang surya muncul. Di belakang kami dapat melihat Gunung Ungaran, serta Sindoro dan Sumbing. Sambil menyaksikan sunrise kami membuat makanan dan kopi. Such a pleasure for me… Setelah sang surya sudah berada di atas kami pun segera berkemas untuk kembali ke kampung halaman. Karena semakin lama di atas puncak udaranya semakin panas. Tak perlu waktu yang lama untuk sampai di basecamp. Tidak sampai satu jam.

di belakangnya itu adalah Puncak Jiwa (yang ada bangunannya) dan Gunung Sindoro-Sumbing

ga afdol kalo ga foto di penanda Puncak Gunung Andong

pemandangan dari belakang tenda
penampakan tenda kami

my team my family

Gunung Sindoro Sumbing Terlihat di Sini

Ggunung Lawu


Sekian cerita dari saya tentang pendakian di Gunung Andong. Bagi para pendaki pemula bisa mencoba mendaki di gunung ini. Medan yang ditempuh dan kontur tanah juga tidak terlalu susah untuk didaki para pemula. 

0 komentar:

Posting Komentar