Minggu, 27 Agustus 2017

Catatan Beach Camp #2 Pantai Sanglen

Privat Beach

Setelah saya menceritakan tentang pengalaman pertama saya beach camp saya akan menceritakan pengalaman kedua saya. Sebelumnya adalah Pantai Seruni, kali ini adalah Pantai Sanglen. Sebelum kami melakukan perjalanan ke pantai ini, kami harus melakukan riset di ointernet. Jangan sampai kejadian sebelumnya kembali terulang (Pantai Seruni memiliki lancadan untuk helikopter ternyata itu Pantai Seruni di Sulawesi bukan di Gunung Kidul) hahaha….

Pantai Sanglen terletak di kawasan Gunung Kidul juga, sama seperti Pantai Seruni. Hanya yang membedakan adalah pantai ini terletak di sebelah Pantai Watu Kodok. Ketika kalian melewati gerbang menuju pantai dari arah Pantai Baron ke arah Pantai Indrayanti, akan melihat tulisan Pantai Watu Kodok di sisi kanan jalan. Setelah kalian mengikutinya, akan melewati gapura bertuliskan Pantai Watu Kodok. Jika ke Pantai Watu Kodok belok ke kiri maka ke Pantai Sanglen lurus. Jalannya juga tidak terlalu jauh dan ekstrem. Untuk tempat parkir sama seperti Seruni yakni di atas tebing. Waktu itu saya dan team membawa dua mobil. Cukup kok tempat parkirnya. Bahkan waktu saya mau pulang ternyata di tempat parkir ada empat mobil. Waktu itu pantai lumayan masih sepi, tapi fasilitasnya sudah cukup lengkap. Karakteristik pantai ini adalah area pasir yang luas dan ditumbuhi banyak pohon pantai yang berakar. Tidak seperti Seruni yang memiliki batuan besar dan bisa kita panjat, di Pantai Sanglen banyak kita jumpai tanaman yang berbatang kuat jadi bisa kita pakai untuk tempat hammock. Pantai Sanglen juga lebih rindang dan teduh. Saat kami sampai pada jam maghrib, pantai masih terlihat sepi. Hanya ada tenda kami dan dua tenda lain. Nenek dan Kakek yang menjaga juga sudah dangat sepuh. Semoga masih sehat sampai sekarang ya Kek, Nek…. Beliau juga sangat ramah sekali, bahasa yang digunakan juga Bahasa Jawa Krama. Jadi yang ga bisa bahasa Jawa suruh translate temennya yang bisa. Kami juga sempet berbagi makanan. Jika kalian kehabisan makanan juga tak perlu khawatir karena di warung nenek menyediakan mie dan nasi kok. Kalau mau bikin api unggun juga bisa. Tapi bilang ke kakek rada keras ya volumenya soalnya pendengaran kakek sudah tidak dapat mendengar suara dengan jelas. Kakek juga sangat ramah jika ombak mulai besar, kami diingatkan. Selain itu, kakek juga memberikan saran tempat yang bisa didirikan tenda. Malam semakin larut dan kami mulai menyiapkan api untuk membuat makan. Sangat disayangkan kami tidak dapat menikmati sore di Pantai Sanglen karena terlalu malam sampai di tempat tersebut. Selain mendirikan tenda, kami juga mendirikan hammock. Cuaca di sini juga sangat cerah jadi bisa melihat bintang dengan jelas, tapi harus turun dulu di dekat bibir pantai. Sekitar jam sepuluh malam biasanya pantai akan pasang dan ombak akan naik dengan tingginya. Namun tak perlu khawatir lagi karena kakek dapat menenangkannya kok. Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi, saya tiduran di hammock dan tak sadar saya sudah tidur di atas hammock. Udara malam itu sangat dingin, sekitar jam setengah 4 saya memutuskan tidur di tenda.

depan kamar mandi hahaa



main bola sendirian karna ga ada pengunjung lain

liat, sepi kan

 







muka bantal karna baru bangun tidur dan penampakan tenda kami




Pagi pun tiba, saya lihat pantai masih sepi, dan tidak terlihat kerumunan orang bermain air. Saya merasakan seperti pantai pribadi. Saya lihat kiri, kanan, depan, belakang tak nampak sebatang hidung pun selain saya. Ombak di pantai ini juga besar pada pagi hari. Namun kakek tetap memberi saran pada kami untuk berenang di ujung pantai. Karena di ujung pantai terdapat banyak karang pemecah ombak jadi tidak terlalu berbahaya meskipun kita juga harus tetap waspada. Dari ujung pantai kami dapat melihat tebing-tebing yang menjulang tinggi tapi sayang tidak dapat dipanjat. Beberapa jam setelah kami bermain air, kami berbilas. Fasilitas kamar mandi yang disediakan juga hampir sama seperti Pantai Seruni, tetapi tidak lebih banyak dari Pantai Seruni. Jadi harap Antri! Tidak sabar, saya memutuskan untuk mandi di bawah shower, eh... pancuran air yang berasal dari mata air. Memang itu yang disarankan anak kakek penjaga. Hahaha

kek di hutan pinus kan

bukit samping pantai

my super team
Setelah beberapa saat beristirahat kami mulai membereskan tenda. Oiya kalo camping di pantai ini bayar juga ya. Tapi saya lupa berapa bayarnya. Waktu saya kesini sih murah ya karena belum ada campur tangan pemerintah untuk membangun pantai. Semua murni dari kakek, nenek, dan anak-anaknya, dan warga kampung. Nanti di cerita beach camp selanjutnya saya akan saya kasih tau biaya terbarunya. Kami beristirahat sejenak di warung atas tebing sambil menikmati satu buah kelapa muda. Saya juga di kasih tahu oleh ibu penjaga warung bahwa di tebing ada taman yang masih di bangun. Karena penasaran saya tengok. Benar saja pemandangan indah saya lihat dari atas sini. Samudera luas dapat terlihat dengan jelas dan memang taman masih di bangun. Pantai ini juga recommended bagi kalian yang akan melakukan beach camp. Kapan? Segerakan!!!

0 komentar:

Posting Komentar