Privat Beach
Setelah saya menceritakan tentang
pengalaman pertama saya beach camp saya akan menceritakan pengalaman kedua saya. Sebelumnya adalah
Pantai Seruni, kali ini adalah Pantai
Sanglen. Sebelum kami melakukan perjalanan ke pantai ini, kami harus
melakukan riset di ointernet. Jangan sampai kejadian sebelumnya kembali
terulang (Pantai Seruni memiliki lancadan untuk helikopter ternyata itu Pantai
Seruni di Sulawesi bukan di Gunung Kidul) hahaha….
Pantai Sanglen terletak di
kawasan Gunung Kidul juga, sama seperti Pantai Seruni. Hanya yang membedakan
adalah pantai ini terletak di sebelah Pantai Watu Kodok. Ketika kalian melewati
gerbang menuju pantai dari arah Pantai Baron ke arah Pantai Indrayanti, akan
melihat tulisan Pantai Watu Kodok di sisi kanan jalan. Setelah kalian
mengikutinya, akan melewati gapura bertuliskan Pantai Watu Kodok. Jika ke
Pantai Watu Kodok belok ke kiri maka ke Pantai
Sanglen lurus. Jalannya juga tidak terlalu jauh dan ekstrem. Untuk tempat
parkir sama seperti Seruni yakni di atas tebing. Waktu itu saya dan team membawa dua mobil. Cukup kok tempat
parkirnya. Bahkan waktu saya mau pulang ternyata di tempat parkir ada empat
mobil. Waktu itu pantai lumayan masih sepi, tapi fasilitasnya sudah cukup
lengkap. Karakteristik pantai ini adalah area pasir yang luas dan ditumbuhi
banyak pohon pantai yang berakar. Tidak seperti Seruni yang memiliki batuan
besar dan bisa kita panjat, di Pantai
Sanglen banyak kita jumpai tanaman yang berbatang kuat jadi bisa kita pakai
untuk tempat hammock. Pantai Sanglen juga lebih rindang dan
teduh. Saat kami sampai pada jam maghrib, pantai masih terlihat sepi. Hanya ada
tenda kami dan dua tenda lain. Nenek dan Kakek yang menjaga juga sudah dangat sepuh. Semoga masih sehat sampai
sekarang ya Kek, Nek…. Beliau juga sangat ramah sekali, bahasa yang digunakan
juga Bahasa Jawa Krama. Jadi yang ga bisa bahasa Jawa suruh translate temennya
yang bisa. Kami juga sempet berbagi makanan. Jika kalian kehabisan makanan juga
tak perlu khawatir karena di warung nenek menyediakan mie dan nasi kok. Kalau
mau bikin api unggun juga bisa. Tapi bilang ke kakek rada keras ya volumenya
soalnya pendengaran kakek sudah tidak dapat mendengar suara dengan jelas. Kakek
juga sangat ramah jika ombak mulai besar, kami diingatkan. Selain itu, kakek
juga memberikan saran tempat yang bisa didirikan tenda. Malam semakin larut dan
kami mulai menyiapkan api untuk membuat makan. Sangat disayangkan kami tidak
dapat menikmati sore di Pantai Sanglen
karena terlalu malam sampai di tempat tersebut. Selain mendirikan tenda, kami
juga mendirikan hammock. Cuaca di
sini juga sangat cerah jadi bisa melihat bintang dengan jelas, tapi harus turun
dulu di dekat bibir pantai. Sekitar jam sepuluh malam biasanya pantai akan
pasang dan ombak akan naik dengan tingginya. Namun tak perlu khawatir lagi
karena kakek dapat menenangkannya kok.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi, saya tiduran di hammock dan tak sadar saya sudah tidur di atas hammock. Udara malam itu sangat dingin, sekitar jam setengah 4 saya
memutuskan tidur di tenda.
|
depan kamar mandi hahaa |
|
main bola sendirian karna ga ada pengunjung lain |
|
liat, sepi kan |
|
muka bantal karna baru bangun tidur dan penampakan tenda kami |
Pagi pun tiba,
saya lihat pantai masih sepi, dan tidak terlihat kerumunan orang bermain air.
Saya merasakan seperti pantai pribadi. Saya lihat kiri, kanan, depan, belakang
tak nampak sebatang hidung pun selain saya. Ombak di pantai ini juga besar pada
pagi hari. Namun kakek tetap memberi saran pada kami untuk berenang di ujung
pantai. Karena di ujung pantai terdapat banyak karang pemecah ombak jadi tidak
terlalu berbahaya meskipun kita juga harus tetap waspada. Dari ujung pantai
kami dapat melihat tebing-tebing yang menjulang tinggi tapi sayang tidak dapat
dipanjat. Beberapa jam setelah kami bermain air, kami berbilas. Fasilitas kamar
mandi yang disediakan juga hampir sama seperti Pantai Seruni, tetapi tidak
lebih banyak dari Pantai Seruni. Jadi harap Antri! Tidak sabar, saya memutuskan
untuk mandi di bawah shower, eh... pancuran air yang berasal dari mata air.
Memang itu yang disarankan anak kakek penjaga. Hahaha
|
kek di hutan pinus kan |
|
bukit samping pantai |
|
my super team |
Setelah beberapa
saat beristirahat kami mulai membereskan tenda. Oiya kalo camping di pantai ini
bayar juga ya. Tapi saya lupa berapa bayarnya. Waktu saya kesini sih murah ya
karena belum ada campur tangan pemerintah untuk membangun pantai. Semua murni
dari kakek, nenek, dan anak-anaknya, dan warga kampung. Nanti di cerita beach camp selanjutnya saya akan saya
kasih tau biaya terbarunya. Kami beristirahat sejenak di warung atas tebing
sambil menikmati satu buah kelapa muda. Saya juga di kasih tahu oleh ibu
penjaga warung bahwa di tebing ada taman yang masih di bangun. Karena penasaran
saya tengok. Benar saja pemandangan indah saya lihat dari atas sini. Samudera
luas dapat terlihat dengan jelas dan memang taman masih di bangun. Pantai ini
juga recommended bagi kalian yang
akan melakukan beach camp. Kapan?
Segerakan!!!
0 komentar:
Posting Komentar